Penulis: Marie Poteriaieva, CoinTelegraph; diterjemahkan oleh: Bai Shui, Jinse Caijing
Ringkasan
Lin En Aorden menyatakan bahwa devaluasi dolar sangat penting bagi Amerika Serikat untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangannya.
Bitcoin dan emas diharapkan mendapatkan manfaat dari de-dolarisasi.
Dengan mulai melemahnya posisi dominan dolar AS secara global, dana kekayaan sovereign dan berbagai negara telah mulai meningkatkan kepemilikan Bitcoin.
Kelemahan Dolar AS (DXY) bukan lagi berita utama. Seiring dengan meningkatnya gejolak ekonomi AS, depresiasi dolar telah menjadi salah satu faktor latar belakang. Sejak awal 2025, indeks dolar telah turun 11% dan saat ini berkisar di sekitar level yang sama sejak April 2022. Pasar sebagian besar hanya mengangkat bahu terhadap hal ini. Lagipula, dalam periode restrukturisasi yang mendalam, bukankah kelemahan dolar sudah bisa diprediksi?
Masalahnya adalah ini mungkin bukan penurunan sementara. ** Penurunan dolar AS dapat mencerminkan restrukturisasi ekonomi AS dan tatanan moneter global yang lebih dalam dan jangka panjang. Analis pasar independen Lyn Alden membuat poin yang menarik dalam buletinnya pada 4 Mei: Dolar tidak hanya kemungkinan akan melemah, tetapi mungkin perlu. Alden berpendapat bahwa penolakan hegemoni dolar yang terukur mungkin merupakan salah satu dari sedikit cara untuk menstabilkan sistem yang semakin rapuh. Jika Amerika Serikat meninggalkan sentralitasnya di dunia moneter, dunia akan membutuhkan pilihan lain. Aset netral seperti emas dan bitcoin mungkin dapat memainkan peran yang lebih sentral. **
Amerika Serikat dan dolar sedang dalam "transformasi jangka panjang".
Sistem perbankan cadangan fraksional, di mana uang fiat bergantung, menciptakan uang melalui pinjaman. Setiap kali bank memberikan pinjaman, itu memperluas pasokan uang yang luas, tetapi tidak selalu menciptakan uang dasar yang cukup untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Ini berarti bahwa sistem keuangan saat ini bergantung pada ekspansi kredit yang berkelanjutan dan pembiayaan kembali untuk mempertahankan solvabilitas.
Saat ini, ekonomi Amerika memiliki sekitar 102 triliun dolar utang publik dan swasta yang dihitung dalam dolar, dengan tambahan 18 triliun dolar yang dipegang oleh peminjam di luar Amerika Serikat. Ini belum termasuk derivatif, yang dapat secara signifikan meningkatkan total.
Namun, sebenarnya hanya ada 58 triliun dolar AS dalam mata uang dasar.
“Ini seperti permainan perebutan kursi, setiap kursi memiliki lebih dari 20 anak,” tulis Alden. “Dan musik tidak akan berhenti terlalu lama.”
Amerika Serikat memiliki peran khusus dalam sistem ini. Ini mengimpor lebih banyak daripada ekspornya, sementara negara-negara surplus menginvestasikan kembali pendapatan dolar mereka ke dalam saham, obligasi, real estat, dan ekuitas swasta AS. Untuk kewajiban dolar $ 18 triliun yang disimpan di luar negeri, entitas non-AS memegang sekitar $ 61 triliun aset dolar. Tetapi ketika likuiditas dolar mengetat – ketika semuanya berhenti – pemegang asing sering harus menjual aset ini untuk melunasi utang mereka, yang pada gilirannya mengancam stabilitas keuangan di Amerika Serikat. **
Ini terjadi pada Maret 2020, ketika sebagian pasar Treasury AS membeku pada puncak kepanikan virus corona. Federal Reserve turun tangan, dengan cepat membuka jalur swap darurat dengan bank sentral asing, dan mengeluarkan triliunan dolar uang dasar untuk menopang kembali sistem pasar. Ini memecahkan masalah likuiditas, tetapi memicu inflasi, yang paling memukul orang Amerika berpenghasilan rendah.
Ditambah dengan penurunan industri selama beberapa dekade dan kesenjangan sosial yang melebar, situasi ini pada akhirnya menciptakan mandat politik bagi Donald Trump dan agenda proteksionisnya. Namun, Alden percaya bahwa guncangan tarif tidak mungkin berhasil. ** Sistem saat ini berarti bahwa Amerika Serikat harus mempertahankan defisit perdagangan struktural untuk menyediakan dolar yang cukup bagi ekonomi global untuk mempertahankan dominasinya. Satu-satunya cara untuk menyeimbangkan kembali arus perdagangan adalah dengan melemahkan dolar dan melepaskan hegemoni mata uang. **
Seperti yang dikatakan Alden, "Saya pikir sistem keuangan Amerika dan bahkan global kemungkinan besar akan memulai transformasi yang sangat panjang."
Hubungan antara Bitcoin dan Indeks Dolar
BTC dan indeks dolar memiliki korelasi negatif. Ketika dolar menguat, aset berisiko seperti bitcoin (BTC) akan kurang menarik bagi investor. Ketika dolar melemah, BTC tidak hanya menjadi lebih menarik sebagai alat spekulasi, tetapi juga lebih menarik sebagai mata uang alternatif. Dalam sistem di mana mata uang fiat harus terdepresiasi seiring waktu untuk berfungsi dengan baik, pasokan tetap bitcoin dan netralitas mata uangnya menawarkan alat lindung nilai yang sangat menarik.
Menampilkan grafik BTC dan indeks dolar secara bersamaan, perbedaan signifikan antara keduanya sering kali sejalan dengan pembalikan tren Bitcoin. Bulan April 2018 dan Maret 2022, perbedaan ini menandakan pasar bearish, sementara November 2020 menandai awal pemulihan pasar bullish.
Dalam periode 2023-2026, BTC pada awal 2024 menyusul indeks dolar, dan pergerakannya baru-baru ini hampir sejajar. Pada awal April 2025, keduanya mulai menunjukkan perbedaan yang jelas, dengan indeks dolar jatuh di bawah 100 untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Jika pola masa lalu dapat dijadikan referensi, ini mungkin menandakan awal dari gelombang kenaikan baru untuk Bitcoin. Jika Amerika Serikat secara strategis melemahkan dolar dalam jangka panjang, dampaknya bisa jauh melampaui fluktuasi harga Bitcoin yang biasa.
Indeks Dolar (DXY) dan grafik 1 hari BTC/USD. Sumber: Marie Poteriaieva, TradingView
Setelah Era Dolar, Investasi Ke Mana?
Seperti yang kita ketahui, masa ketidakstabilan mata uang sulit untuk dihadapi. Meskipun strategi jangka pendek mungkin bervariasi, strategi jangka panjang mengarah pada aset cadangan yang netral dan berkualitas tinggi — terutama aset yang diharapkan mendapatkan manfaat struktural dari de-dolarisasi.
Emas memenuhi persyaratan ini, begitu pula Bitcoin.
Beberapa entitas berdaulat sudah menimbun Bitcoin. El Salvador dan Bhutan membeli dan menambang bitcoin secara langsung. Perusahaan Investasi Mubadala Abu Dhabi dan dana pensiun di Wisconsin memegang Bitcoin melalui ETF Bitcoin spot. Lebih dari selusin negara bagian AS memegang saham dalam Strategi Michael Saylor, di samping lebih dari 13.000 perusahaan dan institusi. Bahkan dana kekayaan negara Norwegia, yang terbesar di dunia, memegang Bitcoin melalui kepemilikan sahamnya di Strategy, Mara Holdings, Coinbase, dan Riot.
Dengan keluarnya dolar dari panggung keuangan global, mata uang lain akan memiliki ruang pengembangan yang lebih besar. Semakin banyak transaksi perdagangan internasional diselesaikan dalam renminbi, dirham, atau mata uang negara lain. Menurut laporan Reuters, nilai pembayaran renminbi lintas batas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada bulan Maret. Euro juga mengalami kenaikan, telah menghargai 10% terhadap dolar AS sejak Februari. Mengingat bahwa Bank Sentral Eropa telah terus-menerus menurunkan suku bunga, dengan suku bunga saat ini hanya 2,5%, jauh di bawah 4,5% yang ditetapkan oleh Federal Reserve, penguatan euro menjadi semakin mengesankan.
"De-dollarization" yang kontroversial tidak lagi menjadi ilusi, tetapi sedang berlangsung secara nyata. Dengan berbagai negara dan perusahaan yang mencari alternatif penyelesaian perdagangan dan penyimpanan nilai yang stabil dan netral, sifat Bitcoin yang tanpa batas dan netral secara politik menjadikannya sebagai pesaing yang kuat.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Apakah Bitcoin akan mendapatkan keuntungan dari pelemahan indeks dolar?
Penulis: Marie Poteriaieva, CoinTelegraph; diterjemahkan oleh: Bai Shui, Jinse Caijing
Ringkasan
Kelemahan Dolar AS (DXY) bukan lagi berita utama. Seiring dengan meningkatnya gejolak ekonomi AS, depresiasi dolar telah menjadi salah satu faktor latar belakang. Sejak awal 2025, indeks dolar telah turun 11% dan saat ini berkisar di sekitar level yang sama sejak April 2022. Pasar sebagian besar hanya mengangkat bahu terhadap hal ini. Lagipula, dalam periode restrukturisasi yang mendalam, bukankah kelemahan dolar sudah bisa diprediksi?
Masalahnya adalah ini mungkin bukan penurunan sementara. ** Penurunan dolar AS dapat mencerminkan restrukturisasi ekonomi AS dan tatanan moneter global yang lebih dalam dan jangka panjang. Analis pasar independen Lyn Alden membuat poin yang menarik dalam buletinnya pada 4 Mei: Dolar tidak hanya kemungkinan akan melemah, tetapi mungkin perlu. Alden berpendapat bahwa penolakan hegemoni dolar yang terukur mungkin merupakan salah satu dari sedikit cara untuk menstabilkan sistem yang semakin rapuh. Jika Amerika Serikat meninggalkan sentralitasnya di dunia moneter, dunia akan membutuhkan pilihan lain. Aset netral seperti emas dan bitcoin mungkin dapat memainkan peran yang lebih sentral. **
Amerika Serikat dan dolar sedang dalam "transformasi jangka panjang".
Sistem perbankan cadangan fraksional, di mana uang fiat bergantung, menciptakan uang melalui pinjaman. Setiap kali bank memberikan pinjaman, itu memperluas pasokan uang yang luas, tetapi tidak selalu menciptakan uang dasar yang cukup untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Ini berarti bahwa sistem keuangan saat ini bergantung pada ekspansi kredit yang berkelanjutan dan pembiayaan kembali untuk mempertahankan solvabilitas.
Saat ini, ekonomi Amerika memiliki sekitar 102 triliun dolar utang publik dan swasta yang dihitung dalam dolar, dengan tambahan 18 triliun dolar yang dipegang oleh peminjam di luar Amerika Serikat. Ini belum termasuk derivatif, yang dapat secara signifikan meningkatkan total.
Namun, sebenarnya hanya ada 58 triliun dolar AS dalam mata uang dasar.
“Ini seperti permainan perebutan kursi, setiap kursi memiliki lebih dari 20 anak,” tulis Alden. “Dan musik tidak akan berhenti terlalu lama.”
Amerika Serikat memiliki peran khusus dalam sistem ini. Ini mengimpor lebih banyak daripada ekspornya, sementara negara-negara surplus menginvestasikan kembali pendapatan dolar mereka ke dalam saham, obligasi, real estat, dan ekuitas swasta AS. Untuk kewajiban dolar $ 18 triliun yang disimpan di luar negeri, entitas non-AS memegang sekitar $ 61 triliun aset dolar. Tetapi ketika likuiditas dolar mengetat – ketika semuanya berhenti – pemegang asing sering harus menjual aset ini untuk melunasi utang mereka, yang pada gilirannya mengancam stabilitas keuangan di Amerika Serikat. **
Ini terjadi pada Maret 2020, ketika sebagian pasar Treasury AS membeku pada puncak kepanikan virus corona. Federal Reserve turun tangan, dengan cepat membuka jalur swap darurat dengan bank sentral asing, dan mengeluarkan triliunan dolar uang dasar untuk menopang kembali sistem pasar. Ini memecahkan masalah likuiditas, tetapi memicu inflasi, yang paling memukul orang Amerika berpenghasilan rendah.
Ditambah dengan penurunan industri selama beberapa dekade dan kesenjangan sosial yang melebar, situasi ini pada akhirnya menciptakan mandat politik bagi Donald Trump dan agenda proteksionisnya. Namun, Alden percaya bahwa guncangan tarif tidak mungkin berhasil. ** Sistem saat ini berarti bahwa Amerika Serikat harus mempertahankan defisit perdagangan struktural untuk menyediakan dolar yang cukup bagi ekonomi global untuk mempertahankan dominasinya. Satu-satunya cara untuk menyeimbangkan kembali arus perdagangan adalah dengan melemahkan dolar dan melepaskan hegemoni mata uang. **
Seperti yang dikatakan Alden, "Saya pikir sistem keuangan Amerika dan bahkan global kemungkinan besar akan memulai transformasi yang sangat panjang."
Hubungan antara Bitcoin dan Indeks Dolar
BTC dan indeks dolar memiliki korelasi negatif. Ketika dolar menguat, aset berisiko seperti bitcoin (BTC) akan kurang menarik bagi investor. Ketika dolar melemah, BTC tidak hanya menjadi lebih menarik sebagai alat spekulasi, tetapi juga lebih menarik sebagai mata uang alternatif. Dalam sistem di mana mata uang fiat harus terdepresiasi seiring waktu untuk berfungsi dengan baik, pasokan tetap bitcoin dan netralitas mata uangnya menawarkan alat lindung nilai yang sangat menarik.
Menampilkan grafik BTC dan indeks dolar secara bersamaan, perbedaan signifikan antara keduanya sering kali sejalan dengan pembalikan tren Bitcoin. Bulan April 2018 dan Maret 2022, perbedaan ini menandakan pasar bearish, sementara November 2020 menandai awal pemulihan pasar bullish.
Dalam periode 2023-2026, BTC pada awal 2024 menyusul indeks dolar, dan pergerakannya baru-baru ini hampir sejajar. Pada awal April 2025, keduanya mulai menunjukkan perbedaan yang jelas, dengan indeks dolar jatuh di bawah 100 untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Jika pola masa lalu dapat dijadikan referensi, ini mungkin menandakan awal dari gelombang kenaikan baru untuk Bitcoin. Jika Amerika Serikat secara strategis melemahkan dolar dalam jangka panjang, dampaknya bisa jauh melampaui fluktuasi harga Bitcoin yang biasa.
Indeks Dolar (DXY) dan grafik 1 hari BTC/USD. Sumber: Marie Poteriaieva, TradingView
Setelah Era Dolar, Investasi Ke Mana?
Seperti yang kita ketahui, masa ketidakstabilan mata uang sulit untuk dihadapi. Meskipun strategi jangka pendek mungkin bervariasi, strategi jangka panjang mengarah pada aset cadangan yang netral dan berkualitas tinggi — terutama aset yang diharapkan mendapatkan manfaat struktural dari de-dolarisasi.
Emas memenuhi persyaratan ini, begitu pula Bitcoin.
Beberapa entitas berdaulat sudah menimbun Bitcoin. El Salvador dan Bhutan membeli dan menambang bitcoin secara langsung. Perusahaan Investasi Mubadala Abu Dhabi dan dana pensiun di Wisconsin memegang Bitcoin melalui ETF Bitcoin spot. Lebih dari selusin negara bagian AS memegang saham dalam Strategi Michael Saylor, di samping lebih dari 13.000 perusahaan dan institusi. Bahkan dana kekayaan negara Norwegia, yang terbesar di dunia, memegang Bitcoin melalui kepemilikan sahamnya di Strategy, Mara Holdings, Coinbase, dan Riot.
Dengan keluarnya dolar dari panggung keuangan global, mata uang lain akan memiliki ruang pengembangan yang lebih besar. Semakin banyak transaksi perdagangan internasional diselesaikan dalam renminbi, dirham, atau mata uang negara lain. Menurut laporan Reuters, nilai pembayaran renminbi lintas batas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada bulan Maret. Euro juga mengalami kenaikan, telah menghargai 10% terhadap dolar AS sejak Februari. Mengingat bahwa Bank Sentral Eropa telah terus-menerus menurunkan suku bunga, dengan suku bunga saat ini hanya 2,5%, jauh di bawah 4,5% yang ditetapkan oleh Federal Reserve, penguatan euro menjadi semakin mengesankan.
"De-dollarization" yang kontroversial tidak lagi menjadi ilusi, tetapi sedang berlangsung secara nyata. Dengan berbagai negara dan perusahaan yang mencari alternatif penyelesaian perdagangan dan penyimpanan nilai yang stabil dan netral, sifat Bitcoin yang tanpa batas dan netral secara politik menjadikannya sebagai pesaing yang kuat.